OhayoJepang - Bandara Haneda di Tokyo kembali membuka hotel dan mal bandara terbesar di Jepang.
Pembukaan hotel dan mal di Haneda Airport dilakukan, setelah hampir tiga tahun tutup karena pandemi Covid-19.
Kompleks perhotelan yang menampilkan hotel bandara terbesar di Jepang, pemandian terbuka, dan berbagai toko serta restoran dibuka di sebelah bandara Haneda Tokyo.
Pembukaan penuh Haneda Airport Park bertujuan untuk menyambut kembali turis asing. Terlebih, kompleks hotel dan belanja dengan 12 lantai itu terhubung ke Terminal 3 bandara, yang terutama melayani penerbangan internasional.
Awalnya Haneda Airport Park dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada April 2020. Namun, pandemi memaksa penundaan pembukaan, ditambah adanya pembatasan dari pemerintah Jepang sendiri.
Sebagian besar bangunan merupakan hotel Villa Fontaine, dengan total 1.717 kamar.
Dengan jumlah kamar yang banyak itu, menjadikannya hotel terbesar di Jepang yang terhubung langsung ke sebuah bandara. Pengembang hotel bandara ini adalah Sumitomo Realty and Development Co.
Selain hotel, ada juga pemandian terbuka di lantai 12 kompleks hotel. Pemandian air panas alami ini menyuguhkan pemandangan Gunung Fuji dan pesawat terbang, lho.
Tentunya fasilitas ini dapat digunakan oleh semua pengguna bandara. Dengan 74 toko yang berjejer di area perbelanjaan, pengunjung dapat membeli oleh-oleh khas Negeri Sakura, seperti permen Jepang, kipas angin dan teh.
"Kami akan berusaha keras untuk memberikan keramahtamahan dan pengalaman khusus kepada berbagai pelanggan yang sesuai dengan hub global," kata pengembang dalam siaran pers, dikutip dari Kyodo News.
Kompleks di area pengembangan seluas 43.000 meter persegi ini menampung terminal bus di lantai dasar yang menghubungkan ke 30 lokasi di negara ini.
Rencananya akan ada perluasan jumlah rute seiring dengan meningkatnya permintaan pariwisata. Kompleks ini juga mengakomodasi aula dan ruang konferensi.
Sebanyak 4,2 juta pengunjung masuk ke Jepang tahun 2022 lalu, atau meningkat hampir 12 kali lipat dari tahun sebelumnya.
Tapi angka tersebut masih turun jauh di bawah rekor 31,19 juta yang tercatat pada 2019.
Jumlahnya diperkirakan akan meningkat lebih lanjut tahun ini setelah China menghapus kebijakan "nol-COVID".
Sementara itu pemerintah Jepang juga menurunkan status hukum COVID-19 ke kategori yang sama dengan penyakit menular umum, yang akan diterapkan pada 8 Mei mendatang. (*)