“Saya pikir dua-duanya penting. Tapi, jika saya harus memilih, tentu pekerjaan saya.”
“Saya butuh pekerjaan untuk bisa makan dan berpakaian.”
“Jika dia (pacar/istri) meminta saya memilih, saya rasa dia acuh tak acuh pada kondisi keuangan saya. Jadi, saya memilih ‘pekerjaan’”
“Saya tidak benar-benar merasa sayang pada istri saya lagi.”
Tentu saja, persentase tersebut tidak menceritakan segalanya. Meskipun alasan seperti “Maaf, saya tidak bisa lembur malam ini karena saya ingin menghabiskan waktu dengan keluarga saya” tidak akan pernah terdengar di kantor Jepang.
Bahkan, di antara lebih dari 60 persen yang memilih "orang tersayang" pun, besar kemungkinan mereka mengorbankan sebagian besar waktu pribadi dengan keluarga untuk bekerja. Hal ini dikarenakan pacar/istri mereka cenderung lebih mengerti dan fleksibel tentang janji bersama pasangannya dibandingkan dengan bos atau klien.
Mungkin, inilah mengapa 21,1 persen karyawan memilih untuk tidak memilih mana yang lebih penting. “Dua-duanya sama pentingnya,” kata satu responden.
“Saya tidak dapat menafkahi istri saya tanpa pekerjaan. Tapi, tanpa istri saya, saya tidak bisa tahan dengan pekerjaan saya,” imbuh yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa di samping menerima kenyataan kerasnya pekerjaan di Jepang, banyak karyawan rindu untuk menghabiskan waktu dengan wanita yang mereka cintai.
(Alfonsus Adiputra/Sumber: SoraNews24/Livedoor News)