Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Memahami Horenso: Perjalanan Belajar dan Adaptasi dengan Budaya Kerja Jepang

Kompas.com - 06/08/2024, 09:15 WIB

Setiap pagi, saya bangun dengan semangat untuk memulai hari baru di Jepang.

Setelah menyelesaikan kelas bahasa Jepang, saya bergegas ke kantor tempat saya bekerja.

Walau lingkungan kerja di kantor cukup santai dan saya masih dalam tahap mengenal dan belajar, saya sering menghadapi tantangan dalam memahami dan menerapkan konsep horenso.

Horenso (報連相) adalah prinsip komunikasi mendasar dalam budaya kerja Jepang yang terdiri dari tiga komponen utama:

1. Hokoku (報告), berarti melaporkan informasi atau kemajuan kepada atasan atau rekan kerja;

2. Renraku (連絡), melibatkan pembaruan dan perubahan status yang tepat waktu;

3. Sodan (相談), berkonsultasi atau mencari nasihat tentang keputusan atau masalah penting yang memerlukan bimbingan.

Baca juga: Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang

Ilustrasi orang Jepang.
Ilustrasi orang Jepang.

Konsep horenso menekankan pentingnya transparansi dan koordinasi dalam tim.

Tujuannya untuk memastikan semua anggota memiliki pemahaman yang sama, sehingga meningkatkan efisiensi dan keharmonisan kerja.

Tiga aspek utama horensohokoku (pelaporan), renraku (komunikasi), dan sodan (konsultasi), telah memberikan pelajaran berharga melalui kesalahan yang saya lakukan.

Kesalahan pertama yang saya alami terkait dengan pelaporan (hokoku).

Suatu hari, saya dengan bangga menyelesaikan sebuah artikel dan langsung mengirimkannya. Namun, saya lupa melaporkannya kepada atasan saya.

Akibatnya, atasan harus mencari tahu informasi yang seharusnya saya laporkan dengan bertanya langsung kepada saya.

Kejadian ini membuat saya merasa malu dan bersalah karena seharusnya menjadi tanggung jawab saya untuk melapor, bukan mereka untuk bertanya.

Saya menyadari bahwa untuk mencegah masalah seperti itu di masa mendatang, penting bagi saya untuk menetapkan rutinitas yang konsisten.

Salah satunya menyisihkan waktu tertentu di akhir setiap hari kerja untuk memastikan semua laporan diselesaikan dengan akurat.

Baca juga: Cara Cairkan Suasana di Jepang, Bicarakan Cuaca Jadi Norma Budaya

Ilustrasi wawancara kerja online dengan perusahaan Jepang. (KARAKSA MEDIA PARTNER)
Ilustrasi wawancara kerja online dengan perusahaan Jepang. (KARAKSA MEDIA PARTNER)

Bahasa Jepang selalu menjadi tantangan yang signifikan bagi saya dalam hal komunikasi (renraku).

Saya sering merasa takut salah mengucapkan kata atau salah memahami maksud rekan kerja saya.

Ketakutan ini membuat saya menghindari komunikasi dan tetap diam saat tidak mengerti.

Hal ini sering mengakibatkan kesalahpahaman dan kesalahan dalam pekerjaan saya.

Saya menyadari bahwa ini bukanlah pendekatan yang tepat sehingga saya perlu mengatasi rasa takut saya.

Saya mulai mencatat poin-poin penting dari setiap percakapan dan meminta klarifikasi jika ada yang tidak jelas untuk mengatasi masalah komunikasi.

Dengan cara ini, saya dapat memastikan bahwa saya memahami instruksi dengan benar tanpa merasa tertekan.

Kemudian ada aspek konsultasi (sodan). Ada satu kejadian yang meninggalkan kesan kuat pada saya.

Minggu sebelumnya, saya diminta untuk menulis artikel tentang topik yang dibahas.

Namun, saya kehabisan ide dan tidak dapat menemukan sudut pandang yang baik untuk topik yang diberikan.

Akhirnya, saya memutuskan untuk mengubah topik dan mulai menulis tanpa terlebih dahulu berkonsultasi tentang perubahan dan ide yang saya rencanakan untuk ditulis.

Pada minggu berikutnya, setelah saya selesai menulis artikel, saya segera mengirimkannya.

Mereka agak kesal dan bingung karena topik artikelnya berbeda dari yang dibahas sebelumnya karena saya tidak berkonsultasi dengan atasan.

Kesalahan ini membuat saya sadar bahwa konsultasi bukanlah tanda kelemahan, tetapi bagian penting dari proses kerja yang perlu saya pahami.

Saya mulai mencatat siapa yang harus dihubungi untuk berbagai jenis pertanyaan.

Saya juga memastikan untuk selalu memverifikasi perubahan dengan atasan saya sebelum melanjutkan pekerjaan.

Hari demi hari berlalu dan saya terus belajar dari kesalahan.

Saya menjadi lebih proaktif dalam mencari klarifikasi ketika instruksi tidak jelas dan terus meningkatkan kemampuan bahasa Jepang saya.

Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar dan beradaptasi dengan budaya kerja baru ini.

Pengalaman ini telah mengajarkan saya banyak hal tentang pentingnya horenso dalam budaya kerja Jepang.

Saya belajar bahwa dengan disiplin, komunikasi yang baik, dan keterbukaan terhadap konsultasi, saya dapat menjadi lebih profesional dan efektif dalam pekerjaan.

Meskipun masih banyak yang harus dipelajari, saya yakin bahwa dengan usaha dan adaptasi, saya dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi yang lebih baik di tempat kerja.

Ulasan di atas disampaikan oleh OBULL, pekerja kantoran asal Indonesia yang tinggal di Tokyo. Ia penggemar seni dengan kutipan favorit "creativity is intelligence having fun".

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Agustus 2024)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.