Di Jepang, ada banyak kepercayaan tradisional dan takhayul terkait cuaca. Keyakinan ini telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat selama bertahun-tahun.
Kali ini kami akan memperkenalkan tiga cerita rakyat terkenal yang berhubungan dengan hujan dan hewan.
Baca juga: 4 Peribahasa Jepang Tentang Musim Hujan, Bisa Bikin Semangat!
1. Burung walet yang terbang rendah menandakan hujan
Kepercayaan bahwa "burung walet yang terbang rendah menandakan hujan" sudah tidak asing lagi bagi banyak orang Jepang.
Burung walet biasanya terbang tinggi di angkasa, tetapi konon mereka terbang rendah ketika hujan sudah dekat.
Hal ini disebabkan kelembapan udara yang meningkat menjelang hujan sehingga serangga berkumpul di tingkat yang lebih rendah.
Diyakini burung walet akan mencari serangga itu dengan terbang lebih rendah.
2. Seekor kucing yang mencuci wajahnya menandakan akan hujan
Kepercayaan bahwa “kucing yang mencuci muka menandakan akan hujan” juga dikenal luas.
Pemandangan kucing yang sedang membasuh muka dengan cakar depannya memang menggemaskan.
Namun, menariknya hal ini dianggap sebagai pertanda akan turunnya hujan.
Ada teori yang mengatakan bahwa peningkatan panas dan kelembapan membuat kutu di tubuh kucing menjadi lebih aktif sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.
Selain itu, kumis kucing sensitif terhadap perubahan kelembapan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Namun, dasar ilmiah dari teori ini masih belum jelas.
Baca juga: 2 Barang Wajib Dibawa Saat Hujan, Ada Payung Transparan
3. Pernikahan rubah
Berbeda dengan dua cerita rakyat sebelumnya, ini adalah sebutan untuk fenomena meteorologi.
Istilah "pernikahan rubah" mengacu pada fenomena turunnya hujan di hari yang cerah.
Nama ini sering digunakan di wilayah Kansai (Jepang wilayah barat) dan disebut juga Tenki-ame (mandi matahari).
Asal usul nama ini tidak diketahui secara pasti.
Namun, ada teori yang kuat bahwa nama ini digunakan untuk mengungkapkan kemisteriusan fenomena turunnya hujan meski cuaca cerah.
Hal itu seolah-olah merupakan fenomena aneh dan misterius yang disebabkan oleh tipu daya rubah.
Dalam budaya Jepang, rubah merupakan hewan yang sangat penting dan sering muncul dalam cerita rakyat dari berbagai daerah di Jepang.
Rubah dikatakan sering berubah bentuk menjadi manusia, menipu orang, atau memberi mereka cobaan.
Pada saat yang sama, dalam Shintoisme, rubah juga dipuja sebagai pembawa pesan para dewa/dewi.
Rubah juga dianggap sebagai makhluk misterius dan kompleks dalam cerita rakyat Jepang.
Baca juga: Belajar Bahasa Jepangnya Hujan Deras sampai Gerimis, Ada Banyak Sebutan Hujan
Kesimpulan
Di antara kepercayaan dan takhayul tersebut, ada yang mempunyai dasar ilmiah, ada pula yang hanya cerita rakyat belaka.
Namun, kepercayaan ini mengakar kuat dalam budaya dan kehidupan Jepang dan masih dianut oleh banyak orang hingga saat ini.
Bahkan di zaman modern dengan prakiraan cuaca yang sudah maju, sangat menarik bahwa melalui kepercayaan tersebut, manusia dapat merasakan keterhubungan dengan alam.
Memahami cerita rakyat ini akan membantu memperdalam pemahaman kamu tentang kekayaan budaya Jepang dan apresiasi terhadap alam.
Baca juga: Teru Teru Bozu Khas Jepang, Boneka Penangkal Hujan biar Besok Cuaca Cerah!
Sumber:
Badan Meteorologi Jepang
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Juni 2024)