Payung dalam Budaya Jepang Bukan Sekadar Pelindung Hujan

Seorang perempuan yang mengenakan pakaian tradisional Jepang sedang menggunakan payung. PEXELS/SATOSHI HIRAYAMA

Di Jepang, payung atau kasa (傘) bukan hanya alat pelindung dari hujan atau terik matahari.

Payung memiliki sejarah panjang dan menjadi bagian penting dari seni, simbol budaya, serta kehidupan masyarakat Jepang sejak berabad-abad lalu.

Baca juga:

Sejarah Payung di Jepang

Payung pertama kali masuk ke Jepang dari China sekitar 1.500 tahun lalu, tepatnya pada masa Heian (794-1185).

Saat itu, masyarakat mengenalnya sebagai kinugasa, yaitu payung mewah berbahan sutra yang dibentangkan di atas rangka kayu.

Kalangan aristokrat menggunakan kinugasa sebagai simbol kekuasaan, dan biasanya dibawa oleh para pelayan untuk melindungi mereka dari matahari.

Kemudian, lahirlah wagasa (和傘) yaitu payung tradisional Jepang yang terbuat dari bambu dan kertas washi berlapis minyak.

Pada awalnya, wagasa hanya digunakan kalangan ningrat.

Namun, saat memasuki periode Edo (1603-1868), payung ini mulai digunakan secara luas dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai upacara adat.

Halaman Berikutnya

Halaman:

Kompas.com Play

Lihat Semua
Expand player
Komentar
Dapatkan hadiah utama Smartphone dan Voucher Belanja setiap minggunya, dengan berkomentar di bawah ini! #JernihBerkomentar *Baca Syarat & Ketentuan di sini!
Tulis komentar Anda...
Lihat komentar tentang artikel ini di Bagian Komentar!