Jumlah kebangkrutan kedai ramen di Jepang dapat mencapai lebih dari 100 pada akhir tahun menurut hasil survei terbaru oleh perusahaan riset kredit Jepang.
Mengutip kantor berita Xinhua pada Senin (5/8/2024), angka tersebut meningkat tajam dalam tujuh bulan pertama pada 2024.
Jumlah total kebangkrutan kedai ramen di Jepang dari Januari hingga Juli mencapai 49, tertinggi sejak 2014, kata Teikoku Databank Jepang dalam laporan yang baru dirilis.
Angka tersebut menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat dari tahun ke tahun. Hal itu menimbulkan kekhawatiran di seluruh sektor.
Pasalnya, jumlah kebangkrutan tahunan tertinggi yang tercatat adalah 54 pada 2020 dan 53 pada 2023.
Baca juga: Hasil Survei: Kebangkrutan Perusahaan di Jepang Melonjak ke Level Tertinggi dalam 1 Dekade
Menurut Teikoku Databank, lonjakan kebangkrutan kedai ramen itu disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku ramen.
Analisis biaya untuk ramen berbahan dasar tulang babi di Tokyo mengungkapkan bahwa biaya produksi per mangkuk telah meningkat lebih dari 10 persen sejak Juni 2022.
Peningkatan tersebut didorong oleh melonjaknya harga daging babi dan mi serta meningkatnya biaya utilitas.
"Banyak toko tidak mampu mengatasi percepatan kenaikan harga bahan baku. Toko yang menaikkan harga (ramen) untuk mengimbangi biaya, mengalami penurunan jumlah pelanggan. Hal itu menyebabkan penutupan dan kebangkrutan kedai ramen," kata laporan tersebut.
Angka tahunan kebangkrutan toko ramen diperkirakan akan melampaui 100 untuk tahun ini karena adanya tekanan biaya yang tinggi.
Baca juga: Yen Jepang Menguat Terhadap Dolar AS, Pertama Kali Sejak Januari 2024