Jumlah kebangkrutan perusahaan di Jepang mencapai 834 kasus pada November 2024, meningkat 7,9 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, menurut data dari perusahaan riset Teikoku Databank.
Melansir Xinhua pada Selasa (10/12/2024), tren kenaikan ini mencerminkan lingkungan ekonomi yang menantang dan meningkatnya tekanan pada bisnis di berbagai sektor.
Perusahaan yang bangkrut terus bertambah selama 31 bulan berturut-turut.
Terdapat 820 kasus perusahaan mengalami kebangkrutan pada 2013, saat data ini pertama kali dicatat.
Sementara itu, jumlahnya pada November 2024 menjadi angka tertinggi sejak pencatatan itu.
Jumlah kumulatif kebangkrutan mencapai 9.053 pada Januari hingga November 2024, menjadikannya total tahunan tertinggi sejak 2015, meskipun data Desember masih belum terhitung.
Total kewajiban finansial atau utang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain (liabilitas) mencapai 152,244 miliar yen.
Angka itu menunjukkan peningkatan tajam sebesar 72,7 persen dari 88,15 miliar yen pada November 2023.
Kebangkrutan tunggal terbesar terjadi pada Nippon Denkai Co., produsen foil tembaga elektrolit yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo, dengan liabilitas sebesar 14,761 miliar yen.
Dua kebangkrutan yang melebihi 10 miliar yen berkontribusi signifikan terhadap peningkatan total liabilitas.
Baca juga:
- Hasil Survei: Kebangkrutan Perusahaan di Jepang Melonjak ke Level Tertinggi dalam 1 Dekade
- Hasil Survei: Kebangkrutan Kedai Ramen di Jepang Bisa Capai 100 Lebih