Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Imutnya Boneka Festival Hinamatsuri khas Jepang, Ternyata untuk Mengusir Roh Jahat

Kompas.com - 3/Mar/2019, 09:45 WIB
Di dalam hinamatsuri terkandung doa untuk pertumbuhan anak perempuan yang telah menjadi tradisi sejak zaman dulu.
Lihat Foto
Di dalam hinamatsuri terkandung doa untuk pertumbuhan anak perempuan yang telah menjadi tradisi sejak zaman dulu.

Pada zaman Heian, di kalangan anak perempuan yang tinggal di istana kekaisaran dan keluarga bangsawan, ada kebiasaan bermain rumah-rumahan dengan boneka yang terbuat dari kertas populer.

Kemudian permainan ini dan joshi no harai menyatu menjadi sebuah acara tahunan untuk mendoakan kebahagiaan anak melalui sepasang boneka laki-laki dan perempuan. Hal ini sebagai tempat pemindahan bencana yang akan menimpa anak tersebut.

Selanjutnya, pada zaman Edo, agar setiap tahun tanggal acara tersebut tidak berubah, tanggal 3 Maret dijadikan tanggal tetap untuk perayaan ini. Kemudian menjadi tradisi perayaan yang disebut dengan “Momo no sekku” (hari peringatan yang menjadi tonggak kegiatan tradisi tahunan yang diadakan saat bunga persik mekar) untuk mengharapkan pertumbuhan dan kesehatan anak perempuan.

Dengan kata lain, jika kita melihat asalnya, hinamatsuri merupakan acara tahunan untuk mengusir roh-roh jahat dan berdoa untuk kesehatan.  

Alasan dan makna memajang Hina-ningyo

Di Jepang, boneka pada awalnya digunakan sebagai alat untuk mengusir roh-roh jahat. Boneka disebut dengan “hitogata” yang dimaknai sebagai pengganti manusia. Konon kepercayaan ini berawal dari usaha yang dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat di alam dunia dengan menggunakan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh boneka.

Tidak hanya menitipkan harapan agar dilindungi dari sakit dan bencana, orang-orang juga menitipkan berbagai macam harapan seperti agar hama yang terdapat di biji-bijian yang mereka tanam dapat dibasmi, agar mereka mendapatkan banyak anak, dan banyak harapan lainnya. Boneka inilah yang digunakan pada hari shio ular.

Seiring berjalannya waktu, boneka diberikan kepada anak perempuan sebagai mainan, dan bentuknya pun dibuat menjadi semakin cantik dan indah. Pada awalnya, boneka merupakan barang yang disediakan untuk dihanyutkan ke air dalam tradisi, namun kemudian menjadi barang yang dapat juga disimpan dan dipajang.    

Sejak disebarluaskan di Jepang, hina-asobi (permainan yang menggunakan boneka kertas) yang dikenal sebagai permainan di dalam istana, menyebar luas sampai ke rakyat biasa setelah pertengahan zaman Edo. Bentuknya pun berubah menjadi mewah dan dibuat bertingkat-tingkat meniru hierarki di istana kekaisaran.

Penggunaan boneka sebagai alat untuk memindahkan bencana telah ada sejak dulu. Namun pada boneka hina-ningyo di masa ini, ditambahkan juga makna sebagai tempat untuk menitipkan harapan agar anak perempuan mengalami pertumbuhan yang baik dan bahagia.  

Halaman:
Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Dapatkan Smartphone dan Voucher Belanja dengan #JernihBerkomentar dibawah ini! *S&K berlaku
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.