Mengingat Jepang kerap dilanda gempa dan bencana alam lainnya, robot penyelamat seperti ini dianggap penting.
Hal itu terutama dalam menghadapi tantangan populasi yang menua dan kekurangan tenaga kerja.
Jepang bukan nama baru di dunia robotika.
Universitas Waseda pernah mengembangkan WABOT-1 pada 1973, robot bipedal berskala penuh pertama di dunia.
Sementara itu, Honda mencuri perhatian global dengan robot legendarisnya, ASIMO, yang terakhir diperbarui pada 2011.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Jepang harus mengakui keunggulan produsen dari Amerika Serikat dan Tiongkok yang makin melesat.
Lewat proyek ini, keempat mitra berambisi mengejar ketertinggalan.
Mereka menargetkan model uji coba siap pada akhir 2026, dengan produksi massal direncanakan mulai Maret 2029.
Menurut Tomotsugu Oba, Manajer Pengembangan Bisnis Mobilitas Robotik di Murata, proyek ini adalah “langkah pertama Jepang untuk kembali ke panggung global”.
Ia juga menegaskan, masih banyak teknologi Jepang yang patut dibanggakan dan proyek ini menjadi salah satu buktinya.
Menariknya, hingga kini belum ada satu pun robot humanoid di dunia yang dirancang khusus untuk menggantikan peran manusia dalam operasi penyelamatan.
Jika berhasil, Jepang akan mengamankan posisinya kembali di peta robotika dunia sekaligus membawa perubahan besar dalam cara manusia menghadapi bencana.
© Kyodo News
View this post on Instagram