Penjualan Baju Musim Dingin di Jepang Turun karena Cuaca Panas

Ilustrasi perempuan memakai mantel tebal dan topi kupluk saat musim salju. KARAKSA MEDIA PARTNER

Pada Oktober 2024, penjualan baju musim gugur dan musim dingin di supermarket Jepang anjlok lebih dari 10 persen karena cuaca masih panas. 

Padahal, biasanya cuaca musim gugur sudah mulai dingin ditambah sebentar lagi memasuki musim dingin.

Orang Jepang umumnya membeli pakaian musim dingin seperti mantel atau baju hangat lain.

Melansir Xinhua pada Senin (25/11/2025), suhu tinggi yang tidak sesuai musim mengurangi permintaan untuk mantel dan pakaian lainnya.

Baca juga: Budaya Koromogae di Jepang, Pergantian Pakaian Sesuai Musim

Asosiasi industri ritel Jepang, Japan Chain Stores Association, melaporkan bahwa total penjualan di beberapa supermarket besar di Jepang pada Oktober 2024 senilai 1,02 triliun yen.

Angka itu menunjukkan penurunan penjualan senilai 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya berdasarkan basis toko yang sama.

Sementara itu, penjualan makanan naik sebesar 2,4 persen karena harga bahan pokok seperti beras dan sayuran juga tinggi.

Penurunan penjualan di supermarket juga imbas inflasi di Jepang. Konsumen memilih untuk menghemat pembelian barang sehari-hari.

Asosiasi itu juga mencatat penurunan jumlah pelanggan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Mereka berharap bonus musim dingin yang akan datang dan wisata belanja dapat membantu mengembalikan daya beli konsumen.

Baca juga: Salju Mulai Turun di Jepang Utara, Pengendara Mobil Diimbau Pakai Ban Khusus

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

 

Kompas.com Play

Lihat Semua
Expand player
Komentar
Dapatkan hadiah utama Smartphone dan Voucher Belanja setiap minggunya, dengan berkomentar di bawah ini! #JernihBerkomentar *Baca Syarat & Ketentuan di sini!
Tulis komentar Anda...
Lihat komentar tentang artikel ini di Bagian Komentar!